06 Agustus, 2009

BEBAN BERAT SEORANG GURU



“Sungguh berat beban seorang guru. Jika siswa tidak lulus, yang disalahkan gurunya. Jika mereka terlibat tawuran, yang disalahkan gurunya. Namun, jika guru dilecehkan oleh murid – muridnya, mereka harus selalu bersabar. Tidak bersabar, bahkan bila sampai menangani murid – muridnya, mereka akan dituduh telah melanggar HAM.”

Bel masuk berbunyi. Saya dan teman guru yang lainnya masuk ke kelas untuk mulai mengajar. Di tengah – tengah mengajar, saya mencandai para siswa itu: “Jika kamu nakal, hal pertama yang akan saya lakukan adalah menampar kamu”. Dengan tertawa murid – murid saya menjawab: “Jika Ibu menampar kami, hal pertama yang akan kami lakukan adalah melaporkan Ibu ke polisi karena Ibu telah melanggar HAM”. Kami lalu tertawa bersama.

Bel istirahat berbunyi. Tanpa saya duga, seorang guru wanita melaporkan kenakalan anak – anak di kelasnya yang sudah kelewat batas. Ketika ibu guru itu marah – marah, dengan mengejek, anak – anak itu berkata bahwa mereka akan melaporkan sang ibu guru jika sampai memukul mereka.

Seorang guru senior, kemudian angkat bicara. “Itulah. Guru sekarang tidak lebih bermartabat daripada guru di masa lampau. Guru – guru saya dulu, tidak segan memukul siswa dengan penggaris jika murid – muridnya melakukan kesalahan. Itupun masih disertai dengan omelan yang menyakitkan hati. Tapi, banyak dari murid – murid itu yang kemudian menjadi orang – orang yang sukses. Saat ini, anak – anak kita dimanjakan dengan perlakuan istimewa. Tapi kemampuan akademis anak – anak sekarang tidak lebih baik daripada siswa – siswa lulusan sekolah jaman dulu. Celakanya, selalu guru yang disalahkan”.

Entah mana yang benar. Tapi keluhan beberapa guru di atas tidak bisa disalahkan begitu saja.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

good ........... this nice....